Apakah Integrated Farming System itu?
Integrated Farming System (IFS) atau sistem pertanian terpadu
(Indonesia, red), didefinisikan sebagai penggabungan semua komponen pertanian
dalam suatu sistem usaha pertanian yang terpadu. Sistem ini mengedepankan
ekonomi yang berbasis teknologi ramah lingkungan dan optimalisasi semua sumber
energi yang dihasilkan.
Pelatihan Integrated Farming
System (IFS)
The Committee For Economic And
Commercial Cooperation Of Organization Of The Islamic Cooperation (COMCEC) yaitu
Komite Tetap Untuk Kerjasama Ekonomi Dan Komersial dari Organisasi Kerjasama
Islam adalah sebuah kerjasama ekonomi dan komersial multilateral dari
Organisasi Kerjasama Negara-Negara Islam
(OKI) . COMCEC berfungsi sebagai forum utama untuk mengatasi masalah
pembangunan secara umum dari Negara-negara Islam anggota OKI dan memberikan
solusi kepada mereka
Sektor pertanian adalah salah
satu kerjasama di COMCEC. Untuk itu sebuah proyek pendanaan disediakan untuk
mendukung pembangunan ekonomi dan social, dengan slogan " Meningkatkan
produktivitas sektor pertanian dan mempertahankan ketahanan pangan di negara
anggota OKI" .
Negara anggota OKI memiliki
kebutuhan yang sama untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia tidak
hanya di bidang teknologi pertanian tetapi juga dalam transfer teknologi .
Pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan, dan yang penting adalah
mendukung pengembangan agribisnis terutama untuk pengembangan Sistem pertanian
terpadu (IFS).
Untuk meningkatkan kapasitas
penyuluhan pertanian di Negara-negara anggota OKI , Badan Penyuluhan Pertanian
dan Pengembangan Sumber Daya Manusia , Departemen Pertanian Republik Indonesia
bekerjasama dengan Kantor Koordinasi COMCEC melakukan pelatihan tentang Sistem
Pertanian Terpadu Negara anggota OKI.
Tujuan umum dari pelatihan IFS
tersebut adalah untuk meningkatkan pendapatan petani kecil dan menengah melalui
sistim pertanian terpadu (IFS). Sedangkan tujuan khusus pagi peserta pelatihan
IFS ini adalah meningkatkan pengetahun dan skill peserta dalam:
a. menerapakan model pertanian terpadu khususnya pertanian
terpadu berbasis ternak kecil dengan pertanian pangan;
b. meningkatkan kemampuan peserta dalam menyebarluaskan
pengetahuan tentang pertanian terpadu di lapangan; dan
c. membangun forum komunikasi guna tukar pengalaman dan
informasi dalam penerapan sistim pertanian terpadu di antara peserta pasca
pelatihan.
Hasil Pelatihan Integrated
Farming System (IFS)
Pelatihan IFS berlangsung dari
tanggal 31 Agustus sampai dengan 19 September 2015 di Balai Besar Pelatihan
Peternakan Batu sebagai penyelenggara pelatihan. Peserta berasal dari Negara
Gambia 3 orang, Sudan 3 orang, Mesir 3 orang dan Indonesia 21 Orang berasal
dari 20 kabupaten di Pulau Jawa. Peserta dari luar negeri pada umumnya
berprofesi sebagai peneliti di lembaga pemerintah dan universitas sekaligus
penyuluh untuk hasil penelitiannya, hanya 1 orang dari Negara Gambia yang
berprofesi sebagai penyuluh pertanian. Sedangkan peserta dari Indonesia berprofesi
sebagai Penyuluh pertanian. Selama
pelatihan berlangsung diwajibkan menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar.
Penyesuaian bahasa, pola makan
dan kebiasaan terjadi pada minggu
pertama pelatihan, sedangkan pada minggu ke dua dan terakhir sudah terlibat
diskusi materi pelatihan, dinamika kelompok dan tukar menukar pengalaman dari negara
masing-masing.
Pada intinya, sistim penyuluhan
di Indonesia sudah sangat maju dan mampu meng-cover kepentingan penyuluhan dari tingkat atas sampai ke tingkat
keluarga petani. Sistim kelompok tani berjenjang dari tingkat bawah sampai
nasional, dan level koordinasi dan supervise dari bawah sampai pusat serta
keberadaan cyber extension berbasis
IT cukup ideal untuk diadopsi di Negara Gambia, Sudan dan Mesir. Kekayaan alam
di Negara Indonesia sangat melimpah dan sangat memungkinkan untuk diterapkan
IFS dan khusus keberadaan teknologi Biogas
Digester sangat menarik bagi mereka, sebagai shortcart dari kotoran ternak menjadi kompos yang sangat
menguntungkan.
Permasalahan klasik yang sulit
dipecahkan di Indonesia adalah masalah harga komoditi pertanian. Fluktuasi
harga pangan dan ternak menjadi diskusi dan tukar menukar pengalaman yang
serius di antara peserta pelatihan. Khusus di Negara mesir, pemerintahnya menjamin
harga komoditi pertanian khususnya yang strategis seperti gula, gandum dan
bahan pokok laiinya dengan sistim dibeli dengan harga yang bagus. Dengan sistim
seperti itu, petani kecil tidak akan menjadi korban. Namun, lagi-lagi diskusi
tersebut baru sebatas wacana dan kajian prospektif karena sistim pasar yang
berbeda.
Kunjungan lapang dilaksanakan di
Pasuruan (Jatim), Probolinggo (Jatim), Kintamani (Bali) dan Buleleng (Bali)
untuk melihat penerapan pertanian terpadu. Semua peserta sangat tertarik dengan
sistim yang diterapkan, terutama di Kintamani dan Buleleng dengan Simantri
(sistim pertanian terintegrasi) yang diterapkan sangat bagus dan menguntungkan
anggota kelompok tani. Pada intinya, untuk meningkatkan pendapatan petani kecil
dan menengah melalui penerapan sistim pertanian terpadu, diperlukan peran
kelompok tani sebagai wadah kerjasama sekaligus badan usaha bersama untuk
menjalankan agribisnis yang efisien dan menguntungkan.
Pembukaan Pelatihan Proses
Klasikal
Kunjungan Lapang Presentasi
hasil diskusi kelompok
Pelepasan peserta dan
penyerahan sertipikat kelulusan pelatihan
Ilmunya perlu ditularkan pak...
BalasHapus