HET Pupuk Bersubsidi (per kg)

HET Pupuk Bersubsidi ( per Kg)
Urea........: Rp 1.800
SP-36......: Rp 2.000
ZA............: Rp 1.400
NPK.........: Rp 2.300
Organik...: Rp 500

Selasa, 09 Oktober 2012

Kontes Ternak 2012 di GROGOL


Melihat barang bagus tentu merupakan hal yang menyenangkan. Demikian juga jika mata kita dimanjakan dengan ternak kambing, domba dan sapi yang bagus-bagus. Tentu menjadi kegiatan “cuci mata” yang sangat menyenangkan. Hal ini terjadi dalam KONTES TERNAK Kab. KEDIRI 2012 yang dilaksanakan pada hari minggu 7 Oktober 2012 di Lapngan Desa Grogol Kec. Grogol.  Kontes ini merupakan kerjasama antara Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Kediri dengan dinas terkait lainnya.

Banyak peserta yang ikut dalam kontes ternak ini yang merupakan peserta dari kecamatan-kecamatan di Kab. Kediri. Tentu saja mereka membawa ternak-ternak yang mempunyai sifat fisik dan genetik yang unggul dan bagus-bagus. Jika didunia model, mungkin saja ternak-ternak itu ibarat “miss univers” yang cantik-cantik.

Dari semua peserta tentu saja ada beberapa pemenang menurut kategori tertentu misalnya kategori hasil IB terbaik, Lembu PO terbaik, Kambing PE jantan terbaik dan lain sebagainya. Sayangnya, penulis tidak mendapat informasi tentang detail pemenang tersebut. Hanya yang pasti, semua pemenang diberi apresiasi dan hadiah langsung oleh Ibu Bupati Kab. Kediri. Tentu ini merupakan moment yang sangat membanggakan. Hasil lain dari kontes ini adalah mampu terdongkraknya harga sang pemenang yang konon mampu menembbus angka puluhan bahkan ratusan juta. Edan tenan……………

SEKOLAH LAPANG IKLIM


Pada era sekarang ini sedang terjadi perubahan perilaku iklim secara global. Hal ini terjadi akibat daya “Buffer” bumi terhadap radiasi matahari menurun akibat penggundulan hutan, emisi gas buang, kerusakan laposan ozon dan keusakan alam lainnya. Sekolah Lapang Iklim (SLI) merupakan sekolah yang bersifat teoritis dan praktis di Lapang untuk mempelajari Iklim dan pengaruhnya terhadap pertanian. Diharapkan melalui sekolah lapang ini petani mengerti fenomena alam berbasis Iklim dan Cuaca untuk mengantisipasi pengaruh buruk perubahan iklim dewasa ini.
Di Grogol, SLI dilaksanakan di Desa Kalipang yang merupakan daerah dataran tinggi yang merupakan daerah paling rawan kekeringan. SLI dilaksanakan pada tanggal 24 September sampai 24 Oktober 2012 sebanyak 12 kali yang dilaksanakan setiap hari senin dan rabu. Peserta yang mengikuti SLI adalah pada anggota Petani Pemakai Air atau HIPPA (Himpunan Petani pengguna Air). Sedangkan pemateri adalah Petugas Bidang Pengelolaan Lahan dan Air (PLA) Dinas Pertanian Kabupaten Kediri yang mempunyai kemampuan akademis dan kompeten dibidang Kelembagaan, Iklim dan Pertanian. Sedangkan para pendamping adalah PPL (Prasetyo  Utomo), Mantri Pertanian Grogol (H. Nurkholis) dan Petugas Dinas Pengairan Grogol.
Selain mendapat materi yang bersifat teori dan praktis soal Iklim, peserta juga mendapatpembinaan mengenai kelembagaan HIPPA. Harapannya, selain mampu mengantisipasi iklim dengan cermat dan tepat, peserta juga mampu mengembangkan kelembagaan dengan efektif dan efisien. Hidup Petani......

PELATIHAN PENINGKATAN PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI DI GROGOL



Pada tahun anggaran 2012 ini, Kecamatan Grogol mendapatkan anggaran untuk melaksanakan pelatihan bagi peningkatan pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT). Pelatihan Peningkatan Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani ini merupakan paket kerjasama dari Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kab. Kediri dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kec. Grogol yang dilaksanakan mulai tanggal 20-22 September 2012 bertempat di Balai Desa Gambyok .  Pelatihan ini menitikberatkan pada peningkatan peran serta kaum wanita dalam pembangunan sektor pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan petani. 

Pelatihan ini mendapat apresiasi dan perhatian serius dari Bapak Camat Grogol. Dalam kata sambutannya, beliau mengharapkan pelatihan ini mampu meningkatkan pendapatan petani melalui kegiatan pengolahan pasca panen dan pemanfaatan pekarangan yang intensif oleh para wanita tani. Bapak camat mengharapkan partisipasi dan kesungguhan peserta untuk mengikuti pelatihan supaya pengetahuan dan ketrampilan petani meningkat. Selain Bapak Camat Grogol, juga hadir Bpk Sugeng selaku Kepala Bidang Ketahanan Pangan,  Bapak Trisno Harijanto, SP (Koord. Penyuluh Pertanian Grogol) beserta staff dan PPL. 
Pelatihan sangat menarik karena diisi oleh para pakar Ketahanan Pangan dan juga praktisi pengolahan pangan. Pada hari pertama diisi dengan acara pembukaan materi Pemanfaatan Pekarangan, Pengetahuan tentang Pangan 3 BA (Berimbang, Bergizi, Beragam dan Aman), dan Diversifikasi Pangan. Hari ke dua merupakan kegiatan praktek pembuatan susu jagung yang dipandu oleh Ibu Sri Hariani. Sedangkan hari ke tiga diisi dengan materi Kelembagaan, Profil Lembaga BKP3 dan BPP dan acara penutupan.
Pelatihan ini cukup mendapat perhatian dari peserta dibuktikan dengan tingkat kehadiran yang sama dari hari pertama sampai penutupan. Pelatihan tersebut diikuti oleh 25 peserta dari para wanita tani sekecamatan Grogol.


Selasa, 12 Juni 2012

KTNA Mitra Produktif Dalam Pembangunan Pertanian


KTNADalam pengukuhan kelompok KTNA ( Kontak Tani Nelayan Andalan ) Kabupaten Kediri masa bhakti tahun 2012 – 2017 di SLG 7Juni 2012 oleh Ketua KTNA Prov. Jatim Drs. H. Suyanto, MM dihadiri dan disaksikan oleh Bupati Kediri dr. Hj. Haryanti Sutrisno, Kepala Satker Kab. Kediri, Pengurus KTNA Kab.Kediri, Camat Se- Kab. Kediri dan PPL.

Dalam sambutannya Ketua KTNA Prov. Jatim menyampaikan bahwa di Jatim sector Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan mempunyai potensi yang subur dan dapat diberdayakan dengan baik. KTNA dibentuk untuk menjadi Mitra Produktif dalam Pembangunan Pertanian, KTNA tidak bisa berbenah dan maju apabila tidak mengikuti prgram-program yang dibuat oleh Dinas-Dinas terkait. Kedepan kelompok tani harus bisa tidak menggantungkan permodalan dari Perbankkan namun sudah bisa mempunyai modal sendiri. Kabupaten Kediri sangat potensi bidang peternakan dan perikanan, terbesar dibandingkan daerah-daerah lain dan Kabupaten Jombang mau belajar ke Kabupaten Kediri untuk study banding. Kepada Ibu Bupati dan Kepala Dinas titip KTNA untuk dibimbing agar bisa menjadi mitra yang produktif sesuai cita- cita KTNA dapat menjadi panutan dan mensejahterakan petani.

solkaniPada kesempatan yang sama Bupati Kediri dr.Hj. Haryanti Sutrisno menegaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya adalah menggerakkan sumber daya manusia. Kelompok KTNA, Gapoktan dan Kelompok Tani merupakan komponen penting dalam rencana strategis pembangunan pertanian. Jumlah kelompok Tani Kabupaten Kediri sebanyak 1.460 kelompok dengan jumlah anggota petani 148.185 orang, di Kabupaten Keiri telah terbentuk 344 gapoktan ( 1 desa 1 gapoktan ). Kabupaten Kediri juga mempunyai SMKN 1 Plosoklaten ( SPP- Pertanian ) ini menjadi modal untuk pembangunan pertanian. Kekuatan dalam jumlah besar ini merupakan modal sumber daya penggerak pembangunan di Kabupaten Kediri.
 
Tantangan massa depan perlu kita waspadai, Bupati mengajak kita semua agar selalu berusaha membekali diri untuk menyongsong pembangunan pertanian ke depan yang berkembang secara dinamis, dengan cara meningkatkan komunikasi, musyawarah, koordinasi dan kerja sama yang harmonis untuk kesejahteraan rakyat, kepada pengurus KTNA yang baru di kukuhkan selamat beraktifitas semoga sukses dalam mengisi pembangunan pertanian di Kabupaten Kediri dan di Ridhloi ALLAH SWT

Sumber : Official Website of KEDIRI Regency

Sosialisasi Cyber Extension di BKP3 Kab. Kediri

Ayo kita sukseskan program Sosialisasi Cyber Extension di BKP3 Kab. Kediri..........berikut ceritanya..

Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 49/Permentan/OT.140/10/ 2009 menyebutkan bahwa salah satu strategi penyuluhan pertanian adalah membangun sistem cafetaria informasi agribisnis dan inovasi dalam penyuluhan pertanian yang didukung/berbasis teknologi informasi / cyber extension. Kata kuncinya adalah informasi agribisnis dan cyber extension.
Berbekal dengan perundangan tersebut, Bidang Penyelenggaraan Penyuluhan BKP3 Kabupaten Kediri pada tanggal 22-23 Mei 2012 melakukan sosialisasi lanjutan tentang cyber extension.
Dibuka oleh Sekretaris Badan Bpk Budi Rianto SE, acara diikuti oleh 36 peserta petugas lapang dengan materi akses cyber extension Kementan RI dengan dipandu oleh tim dari Penyelenggaraan Penyuluhan BKP3.
Output dari sosialisai tersebut adalah terbentuknya tim cyber extension di tiap-tiap Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan dengan satu target 1 BPP, 1 blogspot. Ruang pertemuan BKP3 yang “disulap” menjadi hotspot area seakan menjadi saksi keseriusan semua peserta yang tidak beranjak dari kursinya dari pukul 08.30 hingga 12.00.
Sosialisasi diakhiri dengan kesepakatan adanya pertemuan lanjutan yang akan diisi dengan materi corel draw, movie maker, manajemen blog dll

Lebih jelasnya silahkan kunjungi BKP3 Kab. Kediri. Pokoknya asal ada pelatihan tentang Internet or Komputer....kita harus semangat ikut berperan...belajar....dan mengembangkan diri....Viva Penyuluh..

Kamis, 24 Mei 2012

Punggawa BPP GRogol

Jumlah Personel di BPP Grogol saat ini ada 4 orang.dari kiri ke kanan adalah sbb:
1. Trisno Harijanto, SP selaku Koordinator PP,
2. Ir.  Riyono Susilo, selaku PPL WDB II yang meliputi 5 desa yaitu: Bakalan, Datengan, Wonoasri, Sonorejo dan Gambyok, terdiri 18 Poktan, 5 Gapoktan, 2 KWT, dan 2 program PUAP
3. Djoko Triyono, SP, selaku Penyuluh Kehutanan yang membina semua desa sekecamatan Grogol.
4. Prasetyo Utomo, selaku PPL WDB I yang meliputi 4 Desa yaitu: Kalipang, Cerme, Grogol dan Sumberjo, terdiri 23 Poktan, 4 Gapoktan, 2 KWT, dan 1 program PUAP.

Meskipun mengalami keterbatasan SDM, Namun semua personil bertekad memberikan yang terbaik demi kemajuan petani dan dunia pertanian di Kec. Grogol. Viva Penyuluih...........................

Rabu, 23 Mei 2012

Perjalanan Perakitan dan Perkembangan VUB Padi

Sumber Gambar: http://wongtaniku.files.wordpress.com
Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang sangat luas. Khusus untuk padi, Indonesia memiliki beberapa padi liar dengan keragaman spesies yang tinggi dan memiliki sekitar 17.000 asesi plasma nutfah. Keragaman spesies ini merupakan modal dasar yang sangat berharga untuk perakitan dan perbaikan varietas padi.
Dalam periode 1995-2003, Balitpa telah melepas sebanyak 57 VUB. Di antara VUB tersebut, termasuk Maro dan Rokan, yang merupakan padi hibrida dan Fatmawati, yang merupakan padi tipe baru. Padi hibrida dan tipe baru tersebut memiliki produktivitas 10- 20% lebih tinggi dari varietas yang dilepas sebelumnya.
Perjalanan perakitan dan perkembangan VUB padi di Indonesia dapat dibagi dalam tiga periode utama, yaitu periode sebelum tahun 1970, periode 1970-1984, dan periode 1984 atau periode pasca swasembada beras.
Periode sebelum 1970
Perakitan dan pengembangan VUB padi dimulai pada sekitar tahun 1920 (Harahap etal.1972). Pada masa itu hingga sekitar tahun 1960, perakitan dan pengembangan varietas padi diarahkan untuk memperoleh varietas yang mampu memanfaatkan air yang terbatas di lahan tadah hujan.
Varietas padi yang pertama dihasilkan adalah Bengawan, yang dilepas pada tahun 1943. Varietas ini merupakan perbaikan varietas Cina dali Cina, Latisail dari India, dan Benong dari Indonesia. Varietas Bengawan berumur 140-155 hari, memiliki tinggi 145-165 cm, memiliki rasa nasi enak, dan berdaya hasiI 3,5-4,0 t/ha. Beberapa varietas lain tipe Bengawan Sigadis (1953), Remaja (1954), Jelita (1955), Dara (1960), Sinta (1963), Dewi Tara (1964), Arimbi (1965), Bathara(1965), dan Dewi Ratih (1969). Pada periode ini juga diintroduksi dua varietas dari International Rice Research lnstitute (IRRI), yaitu PB-8 pada tahun (1967) dan PB-5 pada tahun 1968. Kedua varietas memiliki beberapa sifat penting, yaitu agak pendek (semi dwarf) sehingga tahan rebah, anakan banyak, responsif terhadap pupuk terutarna pupuk nitrogen, dan rnemiliki potensi hasil 4,5-5,5 t/ ha.
Periode 1970-1984
Pada periode ini perakitan dan pengembangan VUB padi makin diintensifkan. Perakitan dilaksanakan melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga penelitian baik nasional maupun intemasional, seperli IRRI. Rasa nasi yang kurang enak yang dimiliki oleh PB-5 dan PB-8, menuntut perakitan varietas memperoleh \TUB yang juga memiliki rasa nasi enak seperti yang dimiliki oleh varietas-varietas padi sebelumnya. Kedua varietas diperbaiki dengan menyilangkan PB¬5 dengan Sintha yang menghasilkan Pelita 1-1 dan Pelita 1-2 yang dilepas pada tahun 1971. Kedua Pelita memiliki daya hasil yang tinggi dan rasa nasi yang lebih enak dibanding PB-5. Pelita 1-1 dan Pelita 1-2 disukai oleh sebagian besar petani Indonesia dan sempat mendominasi pertanaman lahan sawah di beberapa sentra produksi. Pertanaman monokultur dan terdiri dari varietas padi yang "ternyata" peka terhadap wereng coklat, memicu timbulnya hama wereng coklat (Nilaparvata lugens) yang sangat merusak dan merugikan. Pada waktu perakitan Pelita 1-1 dan Pelita 1-2, hama wereng coklat belum menjadi masalah pada tanaman padi dan varietas padi yang dirakit belum dirancang untuk tahan terhadap hama ini.
Sejak pengalaman itu program perakitan dan pengembangan varietas padi diarahkan tidak hanya untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil tetapi juga untuk ketahanan terhadap hama dan penyakit utama. Untuk itu, maka selanjutnya dirakit dan dikembangkan sejumlah varietas baru seperti Serayu, Asahan, Brantas, dan, Citarum yang dilepas pada 1978; Semeru dan Cisadane pada 1980; Cipunagara dan Krueng Aceh pada (1981); Sadang pada 1983; dan Cikapundung pada 1984. Di antara varietas-varietas tersebut, Cisadane yang tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2, merupakan varietas yang paling populer pada periode tersebut dan menjadi kontributor utarna bagi tercapainya swasembada beras pada tahun 1984. Namun kemudian, popularitas varietas Cisadane menurun tajam bersamaan dengan berkembangnya wereng coklat biotipe 3. Untuk mengatasi masalah ini dengan cepat dilakukan introduksi beberapa galur dari IRRI, dan satu di antaranya adalah IR-64, dilepas tahun 1986, di samping tahan terhadap wereng coklat biotipe 3, juga memiliki rasa nasi enak.
Periode Pasca Swasembada Berns, 1984
Sejak dilepas, IR-64 sangat cepat berkembang. \Tarietas ini merupakan varietas yang paling luas ditanam di Indonesia sempat mencapai luas 61,6% disusul oleh varietas lokal (10,3%), Memberamo (7,9%), Way Apoburu (8,3%), IR-66 (6,3%), dan Cisadane (5,7%). Walaupun makin menurun dan mulai digeser \TUB lainnya, tetapi sampai 2003 IR-64 masih mendominasi pertanaman padi di 12 propinsi penghasil utama padi dengan porsi 45,4% dari luas panen 9,2 juta hektar.
Upaya untuk meningkatkan potensi hasil didekati melalui pemanfaatan keunggulan heterosis dengan perakitan varietas padi hibrida dan pembentukan padi tipe baru (PTB). Berbagai varietas yang dilepas setelah IR-64 antara lain adalah Ciliwung dan Way Seputih yang dilepas pada 1989; Barumun, dilepas pada 1991; Memberamo, pada 1995, Way Apo Buru, pada 1998; Widas, pada 1999; Ciherang dan Tukad Unda, pada 2000; Konawe dan Sintanur (aromatik), pada 2001; Cimelati (semi PTB), Gilirang (semi PTB aromatik} , Maro (hibrida), dan Rokan (hibrida), pada 2002; dan Fatmawati (PTB), pada 2003.
Keragaan Beberapa Varietas Unggul di Lapangan
Penelitian di Sukamandi (MK 2002-MH 2002/03) menunjukkan beberapa varietas seperti VUTB Fatmawati, Gilirang, Ciherang, dan varietas hibrida Maro dan Rokan memberi hasil masing-masing 24,1%, 15,6%, 1,7%, 14,1%, dan 13,5 % lebih tinggi dibanding IR-64 (6,6 tJha). Sementara di petak demonstrasi pada MT 2003 di lahan petani di Takalar, Sulawesi Selatan, varietas Fatmawati, Gilirang, Ciherang, Cigeulis, Cisantana, Cimelati, dan hibrida Maro serta Rokan yang ditanam dengan pendekatan PTT masing-masing memberi hasil 31,2%, 12,9%, 15,9%, 12,9%, 2,5%, 8,3%, 24,1%, dan 20,9% lebih tinggi dibandingkan dengan Ciliwung (6,8 t/ha).
Dalam Program P3T di lahan petani di 28 lokasi pada MT 2002-03, VUB yang ditanam dengan pendekatan PTT memberikan hasil 9,8 - 3 4,3% lebih tinggi dibanding VUB yang sama yang ditanam secara non-PTT. Dari pengkajian ini terungkap varietas Ciherang, Way Apo Buru, Memberamo, Bondoyudo, Tukad Belian, Gilirang, Fatmawati, Rokan, Maro, Sintanur, Code, Batang Gadis, Towuti dan Cirata masing-masing mampu memberikan hasil 15; 14,4; 10,8; 17,3; 0,9; 12,5; 23; 33,3; 30,7; 11,2; 14,3; 17,4; 4,9; dan 2,9% lebih tinggi daripada IR64 yang memiliki produktivitas 6,8 t/ha. 
Sumber :Cyber Extension

Selasa, 22 Mei 2012

Never Old to Learn

Memang "tidak bisa" itu mutlak, tetapi kalau mau belajar akan menambah pengetahuan kita. Kata "bisa" memang relatif dan mungkin juga tidak pernah tercapai, namun dengan berlatih maka kita akan semakin banyak tahu, paham dan semakin lebih banyak ketrampilan yang kita bisa (artinye semakin mendekati kata "bisa").
Bukankah iitu indah untuk kita bisa lakukan? mari kita sebagai Penyuluh Pertanian bisa terus belajar tanpa ada kata lelah untuk mempersiapkan hari esok yang lebih baik. untuk kita,keluarga,  petani dan dunia pertanian yang kita cintai. Hidup Penyuluh...........

Senin, 21 Mei 2012

Depok – Pemerintah mengapresiasi program One Day No Rice (Satu Hari Tanpa Nasi) yang dicanangkan oleh Pemkot Depok setiap hari Selasa. Hal ini disampaikan Menteri Pertanian, Dr. Ir. Suswono, MMA saat menghadiri sosialisasi kegiatan tersebut di Gedung Pemerintah Kota Depok pada Selasa (3/4/2012). ”Upaya Pak Walikota ini merupakan bagian dari upaya nasional untuk mewujudkan percepatan penganekaragaman atau diversifikasi pangan yang telah dicanangkan dua tahun lalu di Mataram, NTB,” kata Mentan
Menurut Mentan, program tersebut merupakan salah satu langkah nyata untuk meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat melalui program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan. “Melalui program One Day No Ricei ini masyarakat diminta untuk mengurangi konsumsi nasi dari beras sebagai makanan pokok dan mulai mengganti dengan makanan pokok lain dengan bahan dari jenis umbi – umbian,” jelas Mentan.
Selama ini, pemerintah telah berusaha keras mengubah pola konsumsi pangan masyarakat dengan tujuan untuk merubah mindset masyarakat atau pola pikir ke arah pola makan yang beragam, bergizi seimbang, aman dan halal serta menurunkan rata – rata konsumsi beras/ kapita sebesar 1,5 persen/tahun. ”Selera dan kebiasaan makan kan terkait dengan pola pikir yang dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya masyarakat. Oleh karena itu sangatlah sulit untuk mengubahnya, sehingga diperlukan sosialisasi yang terus – menerus, salah satu caranya dengan mengubah mindset atau pola pikir masyarakat,” urai Mentan. 
Sebagaimana diketahui, tingkat konsumsi per kapita Indonesia sebesar 139 kg/ tahun. Sementara untuk konsumsi kelompok padi – padian (beras, jagung dan terigu) rumah tangga sebesar 316/gram per kapita/hari, padahal menurut Standar Pola Pangan Harapan (PPH) seharusnya 275 gram/hari saja. Sementara itu, konsumsi umbi –umbian hanya 40 gram per kapita per hari, jumlah ideal 100 gram per kapita per hari. ”Banyak yang kelebihan berat badan di masyarakat kita, dan Indonesia peringkat empat dunia pengidap penyakit diabetes,” kata Mentan. 
Lebih lanjut dikatakan Mentan, pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia pada saat ini umumnya masih timpang, belum beragam dan bergizi seimbang. Skor PPH pada tahun 2011 baru mencapai 77,3 dari skor ideal 100. Skor tersebut muncul karena masyarakat terlalu banyak mengonsumsi beras, sementara konsumsi karbohidrat dari sumber pangan umbi – umbian relatif kecil dan cenderung menurun, padahal konsumsi terigu meningkat terus. Selain itu, konsumsi pangan sumber protein, vitamin dan mineral juga masih relatif rendah. “Konsumsi daging per kapita baru sekitar 6,5 kg/kapita, jauh lebih rendah dibandingkan konsumsi di negara ASEAN lainnya,” ungkapnya.
Sumber: Biro Umum dan Humas, Sumber Diperta Kab. Kediri

Rekomendasi Pemupukan


Sebagi bahan pengingat aja, rekomendasi pemupukan untuk Kediri dan sekitarnya sebagai berikut:
REKOMENDASI PEMUPUKAN

NO.
KOMODITI
UREA
(Kg/Ha)
SP.36
(Kg/Ha)
ZA
(Kg/Ha)
PHONSKA
 (Kg/Ha)
ORGANIK
(Kg/Ha)
1
Padi
350
100
100
200

2
Jagung
400
100
100
200

3
Kedele
50
100
200
100

4
Ubi kayu
400
100
100
0

5
Ubi jalar
250
50
100
0

6
Kacang tanah
200
100
100
50

7
Kacang hijau
50
100
100
50

8
Bawang merah
0
200
400
800

9
Cabe besar
0
200
100
1200

10
Cabe kecil
250
200
400
100

11
Tomat
0
0
400
200

12
Kacang panjang
0
0
100
100

13
Timun
0
0
100
100

14
Tebu
0
0
400
500

dari berbagai sumber