HET Pupuk Bersubsidi (per kg)

HET Pupuk Bersubsidi ( per Kg)
Urea........: Rp 1.800
SP-36......: Rp 2.000
ZA............: Rp 1.400
NPK.........: Rp 2.300
Organik...: Rp 500

Rabu, 14 Oktober 2015

Budidaya Kedelai di Grogol


Syarat Tumbuh
  1. Tanah
    • Tanaman kedele dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan tanaman.
    • Tanaman kedele dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang kurang subur (miskin unsur hara) dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi pupuk organik dan pengapuran.
  2. Iklim
    Kedele dapat tumbuh subur pada :
    • curah hujan optimal 100-200 mm/bulan. 
    • Temperatur 25-27 derajat Celcius dengan penyinaran penuh minimal 10 jam/hari. 
    • Tinggi tempat dari permukaan laut 0-900 m, dengan ketinggian optimal sekitar 600 m. 
  3. Air
    Curah hujan yang cukup selama pertumbuhan dan berkurang saat pembungaan dan menjelang pemasakan biji akan meningkatkan hasil kedele. 

KONDISI BIOFISIK GROGOL

Tanah di Kecamatan Grogol sebagian besar merupakan tanah Aluvial coklat kelabu terutama di dataran rendah sedangakn khusus di Desa Kalipang adalah tanah Mediteran merah coklat. Sedangkan curah hujan rata-rata 185.4 mm/bulan (tahun 2013). Suhu rata-rata di Grogol berkisar 23oC - 32oC, dengan kelembaban 49%-88%. Ketinggian tempat antara 150-850 m dpl. Penggunaan lahan di Grogol 1.350,85 ha sawah, 653,15 tegal, dan 713,36 ha pekarangan (tahun 2013).
 
TEKNIK BUDIDAYA 
  1. Persiapan lahan
    Pengolahan lahan dimulai sebelum jatuhnya hujan. Tanah diolah dengan bajak dan garu/cangkul hingga gembur. Untuk pengaturan air hujan perlu dibuat saluran drainase pada setiap 4 m dan di sekeliling petakan sedalam 20-30 cm dan lebar 25 cm. Kedele sangat terganggu pertumbuhannya bila air tergenang.
  2. Perlakuan benih
    Untuk mencegah serangan hama lalat bibit, sebelum ditanam benih beri perlakuan bakteri rizobium untuk merangsang pembentukan bintil akar. Benih dibasahi secukupnya lalu dibubuhi bakteri rizobium dan diaduk rata. 
  3. Penanaman
    Dianjurkan menggunakan benih bersertifikat dengan kebutuhan benih sekitar 40 kg/ha. Penanaman benih dengan cara ditugal, jarak tanam 30 x 20 cm atau 40 x 15 cm sesuai kesuburan tanah, setiap lubang tanaman diisi 1-2 butir benih lalu ditutup dengan tanah tipis-tipis atau jerami. 
  4. Pemupukan
    Pupuk yang digunakan adalah NPK Phonska 50 kg/Ha, SP-36 50 kg/ha. Seluruh jenis pupuk diberikan pada waktu 15-20 hari setelah tanam.
  5. Penyulaman
    Benih yang tidak tumbuh segera disulam, sebaiknya memakai bibit dari varietas dan kelas yang sama. Penyulaman paling lambat pada saat tanaman berumur 1 minggu. 
  6. Penyiangan
    Penyiangan dilakukan paling sedikit dua kali, karena di lahan kering gulma tumbuh dengan subur pada musim penghujan. Penyiangan I pada saat tanaman berumur 2 minggu, menggunakan cangkul. Penyiangan II bila tanaman sudah melewati masa penyerbukan dan pembentukan polong (kurang lebih umur 8 minggu), menggunakan arit atau gulma dicabut dengan tangan. 
  7. Pengendalian hama
    Tidak kurang dari 100 jenis serangga dapat menyerang kedele. Pengendalian menggunakan insektisida secara hati-hati sesuai jumlah populasi hama. Aplikasi insektisida dilakukan berdasarkan pemantauan hama.
  8. Panen
    Kedele harus dipanen pada tingkat kemasakan biji yang tepat. Panen terlalu awal menyebabkan banyak biji keriput, panen terlalu akhir menyebabkan kehilangan hasil karena biji rontok. Ciri-ciri tanaman kedele siap panen adalah :
    • Daun telah menguning dan mudah rontok
    • Polong biji mengering dan berwarna kecoklatan
    • Panen yang benar dilakukan dengan cara menyabit batang dengan menggunakan sabit tajam dan tidak dianjurkan dengan mencabut batang bersama akar. Cara ini selain mengurangi kesuburan tanah juga tanah yang terbawa akan dapat mengotori biji. 

Kamis, 01 Oktober 2015

Integrated Farming System Training



Apakah Integrated Farming System itu?
Integrated Farming System (IFS) atau sistem pertanian terpadu (Indonesia, red), didefinisikan sebagai penggabungan semua komponen pertanian dalam suatu sistem usaha pertanian yang terpadu. Sistem ini mengedepankan ekonomi yang berbasis teknologi ramah lingkungan dan optimalisasi semua sumber energi yang dihasilkan.

Pelatihan Integrated Farming System (IFS)
The Committee For Economic And Commercial Cooperation Of Organization Of The Islamic Cooperation (COMCEC) yaitu Komite Tetap Untuk Kerjasama Ekonomi Dan Komersial dari Organisasi Kerjasama Islam adalah sebuah kerjasama ekonomi dan komersial multilateral dari Organisasi Kerjasama Negara-Negara  Islam (OKI) . COMCEC berfungsi sebagai forum utama untuk mengatasi masalah pembangunan secara umum dari Negara-negara Islam anggota OKI dan memberikan solusi kepada mereka

Sektor pertanian adalah salah satu kerjasama di COMCEC. Untuk itu sebuah proyek pendanaan disediakan untuk mendukung pembangunan ekonomi dan social, dengan slogan " Meningkatkan produktivitas sektor pertanian dan mempertahankan ketahanan pangan di negara anggota OKI" .
Negara anggota OKI memiliki kebutuhan yang sama untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia tidak hanya di bidang teknologi pertanian tetapi juga dalam transfer teknologi . Pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan, dan yang penting adalah mendukung pengembangan agribisnis terutama untuk pengembangan Sistem pertanian terpadu (IFS).
Untuk meningkatkan kapasitas penyuluhan pertanian di Negara-negara anggota OKI , Badan Penyuluhan Pertanian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia , Departemen Pertanian Republik Indonesia bekerjasama dengan Kantor Koordinasi COMCEC melakukan pelatihan tentang Sistem Pertanian Terpadu Negara anggota OKI.

Tujuan umum dari pelatihan IFS tersebut adalah untuk meningkatkan pendapatan petani kecil dan menengah melalui sistim pertanian terpadu (IFS). Sedangkan tujuan khusus pagi peserta pelatihan IFS ini adalah meningkatkan pengetahun dan skill peserta dalam:
a. menerapakan model pertanian terpadu khususnya pertanian terpadu berbasis ternak kecil dengan pertanian pangan;
b. meningkatkan kemampuan peserta dalam menyebarluaskan pengetahuan tentang pertanian terpadu di lapangan; dan
c. membangun forum komunikasi guna tukar pengalaman dan informasi dalam penerapan sistim pertanian terpadu di antara peserta pasca pelatihan.

Hasil Pelatihan Integrated Farming System (IFS)
Pelatihan IFS berlangsung dari tanggal 31 Agustus sampai dengan 19 September 2015 di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu sebagai penyelenggara pelatihan. Peserta berasal dari Negara Gambia 3 orang, Sudan 3 orang, Mesir 3 orang dan Indonesia 21 Orang berasal dari 20 kabupaten di Pulau Jawa. Peserta dari luar negeri pada umumnya berprofesi sebagai peneliti di lembaga pemerintah dan universitas sekaligus penyuluh untuk hasil penelitiannya, hanya 1 orang dari Negara Gambia yang berprofesi sebagai penyuluh pertanian. Sedangkan peserta dari Indonesia berprofesi sebagai Penyuluh pertanian.  Selama pelatihan berlangsung diwajibkan menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.

Penyesuaian bahasa, pola makan dan kebiasaan  terjadi pada minggu pertama pelatihan, sedangkan pada minggu ke dua dan terakhir sudah terlibat diskusi materi pelatihan, dinamika kelompok dan tukar menukar pengalaman dari negara masing-masing.

Pada intinya, sistim penyuluhan di Indonesia sudah sangat maju dan mampu meng-cover kepentingan penyuluhan dari tingkat atas sampai ke tingkat keluarga petani. Sistim kelompok tani berjenjang dari tingkat bawah sampai nasional, dan level koordinasi dan supervise dari bawah sampai pusat serta keberadaan cyber extension berbasis IT cukup ideal untuk diadopsi di Negara Gambia, Sudan dan Mesir. Kekayaan alam di Negara Indonesia sangat melimpah dan sangat memungkinkan untuk diterapkan IFS dan khusus keberadaan teknologi Biogas Digester sangat menarik bagi mereka, sebagai shortcart dari kotoran ternak menjadi kompos yang sangat menguntungkan.

Permasalahan klasik yang sulit dipecahkan di Indonesia adalah masalah harga komoditi pertanian. Fluktuasi harga pangan dan ternak menjadi diskusi dan tukar menukar pengalaman yang serius di antara peserta pelatihan. Khusus di Negara mesir, pemerintahnya menjamin harga komoditi pertanian khususnya yang strategis seperti gula, gandum dan bahan pokok laiinya dengan sistim dibeli dengan harga yang bagus. Dengan sistim seperti itu, petani kecil tidak akan menjadi korban. Namun, lagi-lagi diskusi tersebut baru sebatas wacana dan kajian prospektif karena sistim pasar yang berbeda.

Kunjungan lapang dilaksanakan di Pasuruan (Jatim), Probolinggo (Jatim), Kintamani (Bali) dan Buleleng (Bali) untuk melihat penerapan pertanian terpadu. Semua peserta sangat tertarik dengan sistim yang diterapkan, terutama di Kintamani dan Buleleng dengan Simantri (sistim pertanian terintegrasi) yang diterapkan sangat bagus dan menguntungkan anggota kelompok tani. Pada intinya, untuk meningkatkan pendapatan petani kecil dan menengah melalui penerapan sistim pertanian terpadu, diperlukan peran kelompok tani sebagai wadah kerjasama sekaligus badan usaha bersama untuk menjalankan agribisnis yang efisien dan menguntungkan. 

 
Pembukaan Pelatihan                                                    Proses Klasikal

 
Kunjungan Lapang                                               Presentasi hasil diskusi kelompok


Pelepasan peserta dan penyerahan sertipikat kelulusan pelatihan