HET Pupuk Bersubsidi (per kg)

HET Pupuk Bersubsidi ( per Kg)
Urea........: Rp 1.800
SP-36......: Rp 2.000
ZA............: Rp 1.400
NPK.........: Rp 2.300
Organik...: Rp 500

Kamis, 20 Agustus 2015

“MENGENAL HORMON PERTUMBUHAN TANAMAN”

 
Hormon tumbuhan, atau pernah dikenal juga dengan fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan.

Hormon tumbuhan (phytohormones) secara fisiologi adalah penyampai pesan antar sel yang dibutuhkan untuk mengontrol seluruh daur hidup tumbuhan, diantaranya perkecambahan, perakaran, pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan. Sebagai tambahan, hormon tumbuhan dihasilkan sebagai respon terhadap berbagai faktor lingkungan kelebihan nutrisi, kondisi kekeringan, cahaya, suhu dan stress baik secara kimia maupun fisik. Oleh karena itu ketersediaan hormon sangat dipengaruhi oleh musim dan lingkungan.
Pada umumnya dikenal lima kelompok hormon tumbuhan: auxins, cytokinins, gibberellins, abscisic acid and ethylene. Namun demikian menurut perkembangan riset terbaru ditemukan molekul aktif yang termasuk zat pengatur tumbuh dari golongan polyamines seperti putrescine or spermidine.
Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan. Namun demikian, berbeda dari hewan, hormon tumbuhan dapat bersifat endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan, maupun eksogen, diberikan dari luar sistem individu. Hormon eksogen dapat juga merupakan bahan non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan). Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan ini dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris: plant growth regulator/substances). (https://id.wikipedia.org/wiki/Hormon_tumbuhan)

Kelompok hormon
Terdapat ratusan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dikenal orang, baik yang endogen maupun yang eksogen. Pengelompokan dilakukan untuk memudahkan identifikasi, dan didasarkan terutama berdasarkan perilaku fisiologi yang sama, bukan kemiripan struktur kimia. Pada saat ini dikenal lima kelompok utama hormon tumbuhan, yaitu auksin (bahasa Inggris: auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin (gibberellins, GAs), asam absisat (abscisic acid, ABA), dan etilena (etena, ETH). Selain itu, dikenal pula kelompok-kelompok lain yang berfungsi sebagai hormon tumbuhan namun diketahui bekerja untuk beberapa kelompok tumbuhan atau merupakan hormon sintetik, seperti brasinosteroid, asam jasmonat, asam salisilat, dan poliamina. Beberapa senyawa sintetik berperan sebagai inhibitor (penghambat perkembangan).Kelompok Hormon yang biasa di gunakan adalah sebagai berikut:

a. Auxins
Auxin adalah zat aktif dalam system perakaran. Senyawa ini membantu proses pembiakkan vegetatif. Pada satu sel auxins dapat mempengaruhi pemanjangan cell, pembelahan sel dan pembentukan akar. beberapa type auxins aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah antara 0.01 to 10 mg/L.
Auksin merupakan zat pengatur tumbuh yang dapat mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar, perkembangan buah,  dominansi apical, serta gerak fototropisme dan geotropisme. Auksin pertama kali ditemukan oleh Charles Darwin dan putranya pada abad ke-19. Auksin disintesis di meristem apikal tunas ujung, daun muda, embrio dalam biji. Aktivitasnya meliputi perangsangan dan penghambatan pertumbuhan tergantung pada konsentrasi auksinnya. Jaringan yang berbeda memberikan respon yang berbeda pula terhadap kadar auksin yang dapat merangsang atau menghambatnya. Pada kultur jaringan auksin berperan untuk merangsang pertumbuhan kalus, akar, suspensi sel dan organ
b. Cytokinins
Cytokinins merangsang pembelahan sel, pertumbuhan tunas, dan mengaktifkan gen serta aktifitas metabolis secara umum.pada saat yang sama cytokinins menghambat pembentukan akar. oleh karenanya cytokinin sangat berguna pada proses kultur jaringan dimana dibutuhkan pertumbuhan yang cepat tanpa pembentukan perakaran. secara umum konsntrasi cytokinin yang digunakan antara 0.1 to 10 mg/L
 Sitokinin mengandung bahan yang penting untuk merangsang pembelahan sel yang diisolasi dari bagian tumbuhan. F Skoog menemukan zat yang memberikan efek demikian dari DNA hewan yang kemudian diketahui sebagai 6 furfuril aminopurin yang selanjutnya diberi nama kinetin. Senyawa sintetik yang lain seperti 6 benzilaminopurin diketahui memberikan efek yang sama dengan kinetin dan diberi nama kinin. Hormone dan senyawa- senyawa yang memberikan pengaruh pada pembelahan sekarang disebut sitokinin (hormon yang merangsang sitokinesis) Sitokinin juga berpengaruh pada pertumbuhan dan diferensiasi akar, dan pertumbuhan secara umum, mendorong perkecambahan;,dan menunda penuaan. Tempat dihasilkannya sitokinin adalah  pada akar, embrio dan buah, berpindah dari akar ke organ lain. Sitokinin berperan dalam menstimulus pembelahan sel dan merangsang tunas pucuk pada kultur tanaman.
c. Gibberellins
Gibberellin adalah turunan dari asam gibberelat. Merupakan hormon tumbuhan alami yang merangsang pembungaan, pemanjangan batang dan membuka benih yang masih dorman. Ada sekitar 100 jenis gibberellin, namun Gibberellic acid (GA3)-lah yang paling umum digunakan.
Giberelin ditemukan di jepang ketika ekstrak jamur Gibberela fujikuroi yang menyerang tanaman padi dapat menimbulkan gejala yang sama pada waktu disemprotkan pada tanaman yang sehat. Karakteristik dari penyakit ini adalah menyebabkan pemanjangan ruas-ruas yang berlebihan sehingga menyebabkan tumbuhan mudah rebah. Kerja utama giberelin merangsang pemanjangan. Banyak tumbuhan yang secara genetik kerdil, bila diberi giberelin akan tumbuh memanjang. Disamping merangsang proses pemanjangan, giberelin juga bermanfaat dalam proses pembungaan, perkecambahan biji, dan menghilangkan dormansi. Giberelin dapat berinteraksi dengan hormon lain dan di dalam tubuh tumbuhan bergerak bebas serta angkutan  dan distribusinya tidak polar seperti auksin. Tempat dihasilkan giberelin adalah di meristem apikal tunas ujung dan akar,  daun muda, serta embrio. Gerelin berguna untuk diferensiasi atau perbanyakan fungsi sel terutama pembentukan kalus.
d. Abscisic acid
Asam Abscisat (ABA) adalah penghambat pertumbuhan merupakan lawan dari gibberellins: hormon ini memaksa dormansi, mencegah biji dari perkecambahan dan menyebabkan rontoknya daun, bunga dan buah. Secara alami tingginya konsentrasi asam abscisat ini dipicu oleh adanya stress oleh lingkungan misalnya kekeringan.
Senyawa ini berperan dalam memelihara dormansi dari pada proses absisi pada daun. Ditemukan oleh ahli fisiologi Inggris P.F Wareing dan kelompoknya oleh kelompok Amerika dibawah pimpinan F.T Addicot yang menamakan senyawa tersebut sebagai dormin dan absisin II. Sekarang senyawa tersebut dikenan dengan nama asam absisat (ABA) dan menyebabkan dormansi pada biji. ABA yang dihasilkan ini aktivitasnya dapat melawan kerja giberelin pada beberapa tumbuhan dan memiliki struktur yang mirip dengan giberelin. Selain dapat mempertahankan dormansi, asam absisat juga berperan sebagai penghambat pertumbuhan dan merangsang penutupan stomata pada waktu kekurangan air. Asam absisat dihasilkan di  daun, batang, akar, dan buah yang berwarna hijau.
e. Ethylene
Ethylene merupakan senyawa unik dan hanya dijumpai dalam bentuk gas. senyawa ini memaksa pematangan buah, menyebabkan daun tanggal dan merangsang penuaan. Tanaman sering meningkatkan produksi ethylene sebagai respon terhadap stress dan sebelum mati. Konsentrasi Ethylene fluktuasi terhadap musim untuk mengatur kapan waktu menumbuhkan daun dan kapan mematangkan buah.
f. Polyamines
Polyamines mempunyai peranan besar dalam proses genetis yang paling mendasar seperti sintesis DNA dan ekspresi genetika. Spermine dan spermidine berikatan dengan rantai phosphate dari asam nukleat. Interaksi ini kebanyakkan didasarkan pada interaksi ion elektrostatik antara muatan positif kelompok ammonium dari polyamine dan muatan negatif dari phosphat.



(dari berbagai sumber)



2 komentar: