Di Indonesia, komoditas kedelai
sangat dibutuhkan terutama sebagai bahan pembuat tahu dan tempe yang dikonsumsi
masyarakat sehari-hari. Untuk itu, swasembada kedelai menjadi penting untuk
dicapai oleh bangsa ini. Dalam mencapai swasembada tersebut, maka tahun 2015
dilakukan upaya khusus (upsus) dengan sasaran produktivitas kedelai minimal
sebesar 1,57 ton per hektar pada areal tanam baru dan meningkatnya
produktivitas sebesar 0,2 ton per hektar pada areal yang sudah biasa ditanami
kedelai (existing). Sebagai upaya untuk meningkatkan gairah dan semangat petani
mengembangkan kedelai, pada tahun 2015 Pemerintah memberikan bantuan paket
sarana produksi melalui BANSOS dengan program/kegiatan Optimasi Perluasan Areal
Tanam melalui Peningkatan Indek Pertanaman (PAT-PIP).
Pada tahun 2015, kecamatan
Grogol telah menerima Program PAT PIP Kedelai seluas 143 Ha. Program tersebut dilaksanakan
oleh 2 Gapoktan (Gabungan kelompok Tani) yaitu Gapoktan podang Abadi (Desa Kalipang) dan Sidorukun (Desa Grogol) dan 2 poktan (Kelompok Tani) yaitu Poktan Sido Makmur (Desa Cerme) dan Asri Bersatu (Desa Sonorejo). Program
tersebut dilaksanakan secara bertahap mulai bulan April 2015 dan direncanakan
selesai pada bulan Oktober 2015.
Dalam melaksanakan program
tersebut, pengawalan dilakukan oleh Petugas Penyuluh Lapangan, mantra Tani dan
Babinsa. Penyuluh pertanian berperan penting dalam meningkatkan kemampuan
kelembagaan petani (Poktan, Gapoktan, P3A, dan GP3A) dan kelembagaan ekonomi
petani. Mengembangakan jejaring dan kemitraan dengan pelaku usaha, dan
melakukan identifikasi pendataan serta pelaporan teknis pelaksanaan kegiatan. Tugas
Mantri Tani adalah mematikan program bisa sampai dan terlaksana baiksecara
administrasi maupun fisik di lapangan. Sedangkan tugas Babinsa adalah
menggerakkan dan memotivasi petani untuk tanam serentak, perbaikan dan
pemeliharaan jaringan irigasi, gerakan pengendalian OPT, dan panen.
Bantuan yang diterima petani
adalah seperti tertera pada table 1. Petani yang melaksanakan program PAT PIP
Kedelai akan mendapat bantuan sarana produksi senilai Rp. 1,934,000 setiap
Hektarnya. Sarana produksi tersebut berupa benih, pupuk, agen hayati dan pestisida.
Setiap kelompok boleh mengajukan minimal 25 Ha.
No
|
Uraian
|
Luas
|
Volume/ Ha
|
Harga Satuan
|
Jumlah
|
||
1
|
Benih
|
1
|
Ha
|
50
|
Kg
|
14,500
|
725,000
|
2
|
SP-36
|
1
|
Ha
|
50
|
Kg
|
2,000
|
100,000
|
3
|
NPK
|
1
|
Ha
|
50
|
Kg
|
2,300
|
115,000
|
4
|
Pupuk Organik
|
1
|
Ha
|
400
|
Kg
|
500
|
200,000
|
5
|
Rhizobium
|
1
|
Ha
|
1
|
Paket
|
120,000
|
120,000
|
6
|
Pupuk Hayati
|
1
|
Ha
|
1
|
Paket
|
250,000
|
250,000
|
7
|
Herbisida
|
1
|
Ha
|
2
|
Ltr
|
65,000
|
130,000
|
8
|
Pestisida
|
1
|
Ha
|
2
|
Ltr
|
120,000
|
240,000
|
9
|
Pertemuan
|
2
|
Kali
|
27,000
|
54,000
|
||
JUMLAH PER HA
|
1,934,000
|
||||||
JUMLAH TOTAL (25 Ha)
|
48,350,000
|
Tabel 1. Rencana Usaha Kelompok Pelaksanaan PAT PIP Kedelai tahun 2015.
Kendala yang dialami dilapangan
adalah, banyak dari petani yang awalnya ikut program ini menjadi ragu ragu
menanam. Keraguan tersebut karena beberapa aspek yaitu pemasaran baik harga jual maupun
kemana akan menjual, dan juga pengalaman menanam yang masih minim. Untuk mengatasi
permasalahan tersebt, petugas PPL mengadakan pertemuan antara petani dengan
pengpul kedelai, dan juga mengadakan demplot awal di tingkat petani. Demplot yang
dilakukan berupa budidaya kedelai secara monokultur dan tumpangari dengan
jagung.
Demplot Kedelai secara Monokultur Demplot Kedelai secara
tumpangari
Ikuti juga ...
Berita dari BKP3 Kab Kediri tentang bududaya anggrek.
Cara pengendalian Tikus..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar