HET Pupuk Bersubsidi (per kg)

HET Pupuk Bersubsidi ( per Kg)
Urea........: Rp 1.800
SP-36......: Rp 2.000
ZA............: Rp 1.400
NPK.........: Rp 2.300
Organik...: Rp 500

Senin, 21 Mei 2012

Kementan Prioritaskan Pengembangan Program P2BN


DALAM rangka mewujudkan swasembada pangan berkelanjutan, Kementerian Pertanian (Kementan) memprioritaskan program peningkatan produksi beras nasional (P2BN).
Penetapan prioritas tersebut untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Karena Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, setelah China, India, dan Amerika Serikat.
Guna mewujudkan ketahanan pangan nasional tersebut, pemerintah khususnya Kementan tahun 2011 ini, telah menetapkan target produksi padi nasional sebesar 70,60 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau meningkat tujuh persen dibandingkan produksi tahun 2010.
Berdasarkan angka ramalan (ARAM II) BPS produksi pada nasional tahun 2011 sebesar 68,062 juta ton GKG, sementara angka tetap 2010 ARAM II padi meningkat 1,592 juta ton GKP (2,4 persen).
"Jika di bandingkan dengan target produksi padi tahun 2011, masih terdapat kekurangan produksi padi 2,538 juta ton GKG (3,59 persen)," kata Menteri Pertanian (Mentan) Suswono usai melakukan panen perdana di Desa Gegesik Kolun, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Sabtu (10/9).
Untuk mengejar kekurangan target produksi sebesar 2,538 juta ton GKG tersebut, Kementan melakukan upaya percepatan dengan cara peningkatan produktivitas padi di areal SL-PTT dan non SL-PTT, bantuan benih unggul dan bantuan langung pupuk, irigasi, dan bantuan alat mesin pertanian serta pendamping atau penyuluh pertanian.
Suswono mengingatkan, agar setiap bupati di Indonesia tidak mudah memberikan izin alih fungsi lahan di daerahnya. Karena alih fungsi lahan saat ini sudah sangat memprihatinkan.
"Saya sangat prihatin atas banyaknya alih fungsi lahan ini. Sekarang sawah dikepung bangunan di tengah tegah sawah ada rumah. Lahan produktif kita banyak yang beralihfungsi, padahal kekurangan pangan adalah masalah besar," tuturnya.
Menurutnya, pengembangan demonstrasi farm (demfarm) di lima kabupaten, yakni Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Subang, dan kabupaten Karawang merupakan salah satu contoh kolaborasi yang baik antara petani, peneliti, penyuluh, POPT dan stakeholders dari kalangan BUMN.
Sementara itu, dalam sambutannya, Bupati Cirebon Dedi Supardi yang dibacakan Wakil Bupati Ason Sukasa mengatakan, dalam rangka peningkatan produksi beras nasional dilakukan demonstrasi farm di dua lokasi di Kabupaten Cirebon seluas masing-masing lima hektar.
Pertama, di Desa Pekantingan, Kecamatan Klangenan, dan kedua, di Desa Gegesik Kulon, Kecamatan Gegesik. Kegiatan ini merupakan kerja sama kemitraan antara Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, PT Pupuk Kujang, PT Petro Kimia Kayaku, PT Sang Hyang Sri, dan BKP5K Kabupaten Cirebon. Teknologi yang diterapkan, meliputi pembelajaran sekolah lapang agribisnis padi.
Di Desa Pekantingan, produktivitas padi mencapai 8,3 ton GKP. Adapun di Desa Gegesik mencapai 9,8 ton GKP. Sebelumnya, produktivitas padi di dua desa itu hanya 7 ton GKP. Varietas padi yang digunakan Ciherang produksi PT Sang Hyang Sri.
Adapun uji coba yang dilakukan di desa Ciawi, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, dengan varietas Inpari 13 mencapai produktivitas 9 ton GKP.
"Melihat hasil itu, menunjukkan produktivitas padi masih bisa ditingkatkan. Para petani berharap model serupa bisa dikembangkan di daerah lain, karena terbukti mampu meningkatkan pendapatan bagi petani," kata Dedi Supardi.
Pada panen tahun ini, kabupaten Cirebon, Jawa Barat, berhasil menghasilkan 9,6 juta ton gabah kering panen (GKP).
Meski dihadapi beberapa kendala dalam sektor pertanian, Kabupaten Cirebon telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, khususnya padi diantaranya melalui program pengelolaan tanaman sumberdaya terpadu dan peluasan areal tanam.
Model pendampingan
Lebih lanjut Suswono berjanji akan terus memperluas model pendampingan pada budidaya padi, baik melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) maupun non SLPTT.
"Produktivitas padi masih bisa ditingkatkan, sepanjang ada pendampingan dalam penerapan teknologi pertanian. Juga perlu ada kepastian sarana produksi yang tepat waktu," ujar Suswono yang dinilai berhasil di Kabupaten Cirebon, patut dijadikan contoh bagi daerah lain.
Pada kesempatan tersebut, Wakil Ketua Komisi 1V DPRRI Herman Khaeron mengatakan, hasil yang rata-arata antara 7-8 ton gabah kering giling (GKG)/hektar dan hasil ubinan yang mencapai 9,98 ton gabah kering pungut (GKP) per hektar merupakan pencapaian yang luar biasa karena di daerah lain masih antara 7-8 ton per hektare.
DPR dan Pemerintah sangat serius memperhatikan petani. Di antaranya dilakukannya revisi Undang-undang Pertanian. "Bahkan kami sedang membahas Undang-undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Ini salah satu bukti pemerintah itu memperhatikan petani," kata Herman. (evin astuti)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar